Tinggal hitungan hari, kita akan
melewati tahun 2019. Bagiku tahun ini adalah tahun perjuangan dimana aku
belajar tentang menerima dan mengikhlaskan. Sungguh, gundah itu tidak
sepenuhnya hilang, kecemasan tetap membayangi akan menjadi apa aku kelak?
Pertanyaan yang bagi sebagian orang adalah klise, “ah cuman quarter life
crisis,” sebagian menganggap begitu.
Sebelum menutup tahun, aku ingin
mengucapkan terima kasih untuk orang-orang yang sedikit banyak mempengaruhi
tumbuhnya diriku, memberiku pengalaman, dan mungkin memori yang menjadi sukar
untuk dilupakan.
Pertama, aku ingin mengucapkan terima
kasih untuk diriku sendiri yang akhirnya mampu melewati berbagai permasalahan
dalam hidup yang aku sendiri tidak pandai menyelesaikannya dengan ketenangan,
kesabaran, dan keikhlasan. Terima kasih telah sama-sama berjuang melewati tahun
2019 dengan cukup baik meskipun banyak sekali akhirnya PR yang harus
diselesaikan, entah itu tentang tujuan masa depan, keinginan untuk menjadi
seorang yang punya uang untuk bisa hedon, rencana jalan-jalan kemanapun yang
diinginkan, atau sekadar menjadi produktif. Sekali lagi aku ucapkan terima
kasih!
Kedua, ucapan terima kasih untuk
Pramuka IRFA, yang aku sendiri masih mencari pemaknaan melalui organisasi ini,
apakah benar-benar kita sebuah keluarga yang senang susah tetap bersama atau
tidak lebih dari sekadar Organisasi yang cukup menyalurkan materi, dilanjutkan
dengan lomba, lalu meraih prestasi? Sejujurnya, entah logika apa yang merasuki
pikiran, saat orang lain berlomba-lomba untuk mencari kerja, aku masih
disibukan dengan alasan untuk membereskan tanggung jawab, ya walaupun pada
akhirnya aku belajar tanggung jawab itu tidak akan pernah usai, dia akan terus
bertambah selagi organisasi itu terus melahirkan anggota barunya. Tapi aku
tetap ingin mengucapkan banyak terima kasih karena organisasi ini lagi-lagi
mengajarkan arti berjuang, berkorban, dan berambisi yang diselimuti prestasi.
Terima kasih sudah memberikan banyak penghargaan, khususnya dua piala yang bisa
aku banggakan karena dipajang dirumah, hehe.
Ketiga, aku ingin mengucapkan terima
kasih untuk orang-orang yang pernah berhubungan denganku, dan mewarnai
perjalanan dalam melewati usia ke 23 tahun ku dengan segala lika-likunya.
Terima kasih telah banyak mengajarkan rasa sakit, kehilangan, kegundahan,
kesedihan, hingga perasaan yang semuanya bercampur menerpa ku untuk menjadi
lebih kuat dan lebih bijak dalam menghadapi setiap masalah dalam hidup. Aku
sadar, benyak sekali kekurangan yang aku miliki, ketakutan yang tidak
diharapkan, sampai kegelisahan yang selalu datang tanpa henti. Tapi kembali,
aku ingin mengucapkan terima kasih, karena berkat masalah-masalah lahir dan
batin yang mengahampiri, membuatku lebih sering pergi ke Gramedia untuk membaca
buku-buku ngaca diri/ introspeksi diri/ Self Improvement, yang mungkin
spiritualku juga perlu ditambah agar lebih mampu ikhlas dan legawa menerima
takdir dari sang kuasa. Ingat aja sebagai self reminder, “semua yang
datang tidak akan pernah abadi, bukan masalah titipan Nya, tapi tidak selamanya
kesedihan akan melanda, dan tidak selamanya manusia hidup terus bahagia, semua akan
ada porsinya silih berganti sampai kita sadar bahwa hidup bukan untuk diratapi
tapi untuk dijalani dan dinikmati. Pertemuan dan perpisahan adalah hal lumrah,
maka hadapilah.”
Kemudian ucapan syukur ingin
kupanjatkan pada Allah SWT, tuhan yang masih aku percaya walaupun sebagai
mahluknya masih lalai menjalankan perintah Nya. Alhamdulillah untuk segala nikmat,
rezeki, pengalaman, pembelajaran dalam hidup yang telah diberikan, semoga aku
bisa lebih kuat di tahun besok. Sakit rasanya apabila setiap kesalahan dan
kegagalan yang kita perbuat, beberapa mahluk menilai karena kurang beriman,
kurang sodaqoh, kurang sholat, dan lain-lain, disini aku ingin protes, apakah
kita pantas menghakimi keimanan seseorang dengan membandingkan pada keimanan
kita? Walaupun aku sadar, mungkin memang maksudnya baik agar aku lebih
bertakwa, tetapi dengan penyampaian dan situasi seperti itu, jiwaku malah
memberontak untuk jauh dari beriman ya meski tetap saja sisi takut pada tuhan
ku tidak hilang, cuman rasanya aku menjadi berpikir bukankah manusia itu
memiliki takdir yang sudah jelas kemana ia jalani sejak lahir sampai mati? Lalu
jika sudah berpuasa, sholat, mengaji, dan lain-lain lantas kita akan selalu
berhasil dalam menjalani hidup? Kan belum tentu. Tapi kembali, lagi aku ingin
mengucapkan syukur pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kuasanya
untuk aku yang egois ini.
Dan doa untuk tahun esok, pertama, aku
ingin berdoa semoga di tahun esok, aku bisa segera merealisasikan mimpi-mimpi
realistisku, setidaknya aku ingin mendapat pekerjaan agar status sosial
dimasyarakat dapat berubah dari unemployed menjadi punya kerjaan. Kesal juga
kalau jadi bahan gunjingan lulusan Unpad tapi belum kerja, hm. Kedua, kalau
boleh lagi meminta aku ingin melanjutkan studi ku sampai professor agar aku
bisa mengabdi di masyarakat dengan ilmu yang mumpuni, ketiga, aku ingin
pegangan doa untuk tahun 2020 setidaknya dapat terealisasikan terlebih dahulu,
Amin.
Komentar
Posting Komentar